Heaven’s Will
Author : Himeno Lucia-chan / Hime-chan
Main cast : Hime (OC)
Ryo (NYC/HSJ)
Chinen (NYC/HSJ)
Yuma (NYC)
Kei (HSJ)
Title : Heaven’s Will
Rating : Pg 15
Disclaimer : Cerita ini adalah sekuel dari dorama
Jepang Koishite Akuma yang diperankan Nakayama Yuma dari NYC, tapi cerita ini hime buat
sendiri. Happy reading
Udara
malam ini sangat dingin, hujan turun dengan derasnya menambah suram suasana .
Dibawah sebuah pohon besar terlihat seorang anak laki-laki yang sedang
berteduh, wajahnya terlihat tanpa expresi, seperti bukan manusia hidup . Tak
jauh darinya terlihat seorang gadis yang sangat cantik, kulitnya sangat pucat
seperti mayat, mengenakan gaun hitam, memakai payung hitam, dan disebelahnya
terdapat seekor anjing yang berwarna hitam pula . Gadis itu sedang
memperhatikan si anak laki-laki dengat tatapan kosong dari matanya yang
terlihat dingin . Si anak laki-laki yang diperhatikanpun menyadarinya dan balas
menatap gadis itu cukup lama, dan gadis
itu pergi begitu saja, si anjing mengikuti kemanapun sang gadis berjalan.
Si
anak laki-laki pun mengikuti cukup jauh dibelakangnya dengan berbasah-basah
karna air hujan, tak lama kemudian gadis itu memasuki sebuah puri yang sangat
besar, megah, namun tak terawat . Si anak laki-laki memperhatikan sebantar,
lalu pergi. . .
***
Pagi
ini terlihat mendung, hujan gerimis masih mengguyur kota, hujan deras semalam meninggalkan kabut
tebal yang menutupi pandangan .
“Hime-chan, hari
ini hujan lagi . . .” kata seorang anak kecil yang bernama Chinen
“Hm . . . bagus kan?! Suasana jadi
terasa tentram”
Anak kecil itu
memasang wajah sedih, “ tapi kalau hujan begini aku jadi tak bisa jalan-jalan .
. ., padahal kesempatanku untuk jalan-jalan dengan wujud inikan tidak lama”
“ini kan masih pagi, kau
masih punya waktu sampai sore nanti, lagipula besok juga masih ada waktu!” kata
Hime sambil tetap membaca bukunya. “ Ryo masih tidur ya?”,
“Hm! Dia itu
kalau malam tak pernah ada dirumah, tapi kalau siang kerjanya hanya tidur terus!”
Chinen memandang keluar jendela dengan matanya yang bulat .
“Hime-chan aku
lapar . .. .”,
“semalam toko
dagingnya tutup, jadi sekarang belum ada!”
“tapi aku lapar
sekali . . . aku belum makan semalaman !”,
“Hhhh . . .” Hime
menghela nafas sambil menutup bukunya, “kau tahukan aku tidak suka keluar . .
.?!” kata Hime sambil melirik chinen tajam. Chinen tidak menjawab hanya
menunjukkan muka melasnya namun terlihat imut, seperti anak anjing yang
memengemis makanan.
“baik-baik aku
mengerti, kita beli sekarang. . .” kata Hime sambil beranjak dari duduknya. “Asyik . . .” kata Chinen riang.
Hime
adalah gadis yang sepertinya berusia 14. gadis penyendiri, dia tidak suka
bergaul dengan orang-orang disekitarnya, dia menarik diri dari masyarakat dan
hanya hidup bertiga bersama Chinen dan Ryo. Mereka bertiga tidak memiliki
hubungan apa-apa, hanya saja mereka adalah orang-orang yang bernasib sama,
karna itu mereka bisa bersama. Entah apa yang terjadi dimasa lalunya, tapi
sampai sekarang dia selalu tampak seperti itu, sudah bertahun-tahun wajah Hime
tidak berubah sama sekali, entah berapa usia dia sesungguhnya.
Chinen,
sebenarnya dia adalah seekor anak anjing yang ditemukan oleh Hime, saat itu
keadannya sangat menyedihkan . Hime menyadari ada sesuatu yang berbeda dari
Chinen jika dibandingkan dengan anak anjing biasa, lalu ia membawanya pulang
dan merawatnya, dan memberinya nama ‘Chinen’ sampai akhirnya Chinen menunjukkan
wujud manusianya. Hime sama sekali tak merasa terkejut, karna dirinya sendiri
juga special.
Ryo,
Pria tampan yang tampak berusia 19 tahun, sebelumnya dia adalah orang yang
sering dikejar-kejar polisi karna kasus pembunuhan . Setiap minggu diberitakan
ada seorang yang meninggal dalam keadaan darah berceceran dan itu adalah ulah
ryo, dia melakukannya untuk bertahan hidup . Ryo tidak menghisap darah dari
leher korban karna tak ingin membuat orang berfikir ada vampire di kota yang hanya akan
membuatnya semakin kerepotan. Ya, Ryo adalah seorang vampire, Suatu hari Ryo
lari dari kejaran polisi dan saat itulah ia bertemu dengan Hime. Hime
menawarkan kehidupan yang aman untuknya, dengan syarat tak akan membunuh orang
lagi. Mulai hari itu ia tinggal bersama Hime. Hime mengizinkan Ryo untuk
menghisap darahnya satu minggu sekali, meskipun Ryo sudah sering menghisap
darah Hime tapi ia tidak juga meninggal, itulah kenapa Hime menyebut dirinya
special.
Hime
dan chinen dalam perjalanan menuju toko daging, Chinen sangat senang saat
berjalan-jalan dengan wujud manusianya, dia berlari-larian layaknya seorang
anak kecil . Chinen sering kali mengajak Hime mampir ke tempat lain, tapi Hime
selalu menolaknya.
Setelah
mendapatkan apa yang dicari mereka langsung pulang. Dalam perjalanan lagi-lagi Hime
bertemu dengan Si anak laki-laki yang ia temui semalam. Si anak laki-laki juga
memperhatikan Hime, ada yang berbeda batinnya, semalam dia bersama anjing
hitam, dan sekarang dia bersama seorang anak kecil . Si anak laki-laki yang
sejak semalam terus kehujanan dan tidak diperhatikan oleh orang-orang
disekitarnya . Hime hanya menatapnya sebentar dan pergi . Lagi, anak laki-laki
itu mengukutinya lagi, kali ini dengan jarak yang cukup dekat, hanya beberapa
meter dibalakang Hime dan Chinen . Hime yang mengetahui itu hanya diam saja dan
terus berjalan dengan payung hitamnya, Chinen sesekali melihat kebelakang .
“Hime-chan orang itu berjalan
dengan terhuyung-huyung, wajahnya sangat pucat, sepertinya ia kelaparan”
“itu bukan urusanku . . .” kata Hime tanpa menoleh. Tiba-tiba
BRRUKK . . .
Anak laki-laki itu pingsan, Hime
menghentikan langkah kakinya dan menoleh .
***
Hujan
telah reda, matahari mulai menempakkan sinarnya .
Anak itu
menyipitkan matanya untuk menyesuaikan diri dengan sinar terang yang datang
padanya, saat matanya sudah terbuka lebar ia buru-buru mencari tempat teduh
agar terhindar dari terangnya cahaya matahari.
Hime hanya
memperhatikan gerakan anak itu yang sebelumnya sudah diduganya, Hime memang
sengaja membaringkannya di atas rumput ditempat terbuka , maksudnya sih agar
cepat bangun.
“kau sudah
sadar?” Tanya Hime tanpa ekspresi, anak laki-laki tidak menjawab, ia hanya
menundukkan kepalanya agar terhindar dari cahaya matahari yang berusaha
menyerang wajahnya.
“kau bukan
manusia kan?”
Tanya Hime tiba-tiba
DEGG . . . anak
itu kaget mendengar pertanyaan Hime yang tiba-tiba, dia tidak menyangka gadis
itu akan menanyakan hal itu.
“bagaimana kau
tau . . . . apa kau sama sepertiku”
“Lie’ aku hanya
manusia biasa . . . hanya sedikit
berbeda”
“lalu . . . . anak kecil itu . . . tadi dia
bersamamu kan?”
“chinen? aku
menyuruhnya pulang lebih dulu, dia temanku”
“aku rasa dia
bukan manusia, aku benar kan?”
Hime memandang anak itu sejenak “ siapa namamu?”
“. . . . aku
tidak punya nama”,
“jadi bagaimana
aku memanggilmu . . .” ,
“Luka, seperti
itulah orang-orang memanggiku di kehidupan sebelumnya . . ., tapi sekarang aku
tak mau nama itu lagi”
Hime sedikit
kaget mendengar pernyataan anak itu, “sebelumnya? Jadi
kau . . . . telah gagal sebagai vampire?! Tapi kenapa kau masih ada disini?
Harusnya kau sudah mati kan?”, Hime mulai tertarik dengan masalahnya.
“kau tahu
tentang hal itu?” anak itu menatap heran kearah Hime. Hime hanya diam saja.
“ikutlah
denganku . . .Yuma”
Hime menamainya seenaknya sendiri. “Yuma?
Apa itu?”
“kau bilang kau
tidak punya nama, jadi aku menamaimu Yuma!”
Hime berdiri dan berjalan mendahului Yuma.
Yuma yang tidak
terlalu peduli pun mengikutinya.
Mereka bejalan
cukup lama, sinar matahari yang cukup terik benar-banar membuat sakit mata. Hime
yang sejak tadi tetap menggunakan payungnya meskipun tak lagi hujan.
“nah, pinjamkan
payung itu padaku” pinta Yuma
yang berjalan dibelakangnya.
“lie', aku
terbiasa hidup dirumahku yang gelap, sinar matahari hanya membuatku sakit mata”
“demo boku ga
vampire, aku lebih tidak tahan cahaya dibandingkan kau”
“kau kan vampire gagal, pasti sebelumnya kau sudah terbiasa
dengan kehidupan manusia normal kan?”
Yuma tidak membalas, hanya
menatap Hime tajam.
Sesampainya
dirumah Chinen menyambut kedatangan Hime.
“Hime-chan,
okaeri . . .” Hime hanya menjawabnya dengan tersenyum.
Dua orang
penghuni rumah ini sama-sama pendiam dan bersikap dingin, karna itu rumah ini
kadang terlihat sangat sepi, Hanya Chinen yang bisa menjadi pencerah dirumah
itu.
“wah, orang itu
ikut pulang” teriak Chinen sambil melihat Yuma.
Yuma
melihat sekeliling rumah, ‘rumah ini sangat nyaman, tidak banyak cahaya yang
masuk’ itulah pikir Yuma
Hime berjalan
menuju ruang tengah, dan mendapati Ryo sedang rebahan di sofa sambil membaca
buku.
“kau sudah
bangun?” Hime duduk di sofa sebelah Ryo
“Hm . . . . !”
jawab Ryo singkat, “aku lapar” Hime yang mengerti lalu merebahkan dirinya
diatas sofa.
Diruang tamu Yuma masih berdiri sambil
melihat sekelilingnya “kau masih
disini?! Masuklah . . .” kata Chinen sambil kembali duduk dan melanjutkan
aktifitasnya tadi, yaitu makan daging.
Secara perlahan Yuma memesuki ruang tengah
dan terkejut dengan apa yang dilihatnya, Hime merebahkan badannya di sofa dan
ada seorang laki-laki yang sedang menggigit lehernya, wajah Hime terlihat
sedikit kesakitan. Merasa ada yang melihatnya dari belakang Ryo
menghenghentikan aktifitasnya. Lalu Ryo mengalihkan pandangannya kearah Yuma, darah Hime masih
terlihat menetes di bibir Ryo. Hime mengikuti arah pandang Ryo.
“masuklah . .”
kata Hime sambil mengubah posisinya menjadi duduk. Yuma pun masuk keruang tengah
dan duduk di sofa depan Ryo dan Hime.
“mulai hari ini
tinggalah disini . . . .” Kata Hime pada Yuma
sambil memegangi lehernya yang masih terasa sakit.
Yuma
tidak menjawab, dia masih heran dengan apa yang dilihatnya tadi, bagaimana bisa
dia membiarkan dirinya dihisap darahnya seperti itu, Yuma mengalihkan pandangannya kearah Ryo.
“Dia Ryo, sama
denganmu” Hime memperkenalkan Ryo, “ kenapa dia harus tinggal bersama kita?!”
Tanya Ryo pada Hime.
“aku tidak bisa
membiarkan orang yang bernasib sama denganku kelaparan diluar sana . . .” ,
“bernasib
sama?” Tanya Yuma
“saat
orang-orang tahu bahwa kau berbeda dari mereka, mereka akan memperlakukanmu
secara tidak adil . . .”, “oh iya dan kau boleh menghisap darahku . . .”
“apa?” kata Yuma sedikit heran
“APAA??” Ryo
yang biasanya selalu bersikap dingin kini berteriak histeris, “ bagaimana
denganku?” Ryo tidak terima.
“kau bisa
melakukannya tiap hari Minggu, dan Yuma
tiap Rabo, adilkan?” kata Hime dengan tenang.
“aku tidak bisa
membagi makananku dengan orang lain” kata Ryo ketus.
“Jangan
perlakukan aku seperti makanan” Hime menatap tajam kearah Ryo. “aku adalah
pemilik rumah ini, jadi aku yang memutuskan”
“POKOKNYA AKU
TIDAK AKAN MEMBERIKAN ‘MAKANANKU’ PADA ORANG LAIN!!!” Ryo yang merasa kesal meninggalkann
ruangan. Hime tidak memperdulikan kemarahan Ryo.
Chinen
yang mendengar teriakan Ryo pun masuk keruang tengah dan melihat kearah Hime
dan Yuma dengan
pandagan seolah bertanya ‘apa yang terjadi pada Ryo-chan’, kemudia ia pergi
mengikuti Ryo yang menuju kamarnya dilantai atas.
“aku tunjukkan
kamarmu” kata Hime dan berjalan menuju tangga , naik ke lantai atas. Yuma mengikutinya.
Dirumah besar
bergaya belanda kuno ini ada sangat banyak kamar kosong. Hime memberi Yuma kamar yang berjarak
cukup jauh dari kamar Ryo.
“mungkin agak
kotor, kau bisa membersihkannya sendiri” kata Hime.
Lalu mereka
memasuki ruangan yang cukup luas, banyak sekali terdapat sarang laba-laba dan
debu, sepertinya sudah bertahun-tahun ruangan ini tidak ditempati. Didalamnya hanya
terdapat sebuah ranjang berukuran besar, dan sebuah lemari besar yang kosong. “
Oh iya badan mu sangat lemah, kau boleh
menghisap darahku sekarang”, “Ah ti-tidak usah, aku masih bisa bertahan”
“ya sudah . . .”
“ya sudah . . .”
***
Dikamar Ryo, “Doushitano Ryo-chan?” Ryo menoleh sebentar kearah Chinen,
“betsuni . . .”
Chinen duduk
disamping Ryo yang sudah merebahkan dirinya diatas kasur.
“wakatteruyo .
. . aku juga tidak suka jika ada orang baru yang masuk diantara kita bertiga”
kata chinen “kita sudah lama hidup bersama, tidak enak rasanya jika ditambah
orang baru! Tapi ini keputusan Hime-chan, kita tak bisa berbuat apa-apa!” kata
chinen
“Aku. ...., bertemu
dengannya 3 tahun yang lalu, saat itu aku tidak percaya pada apa atau siapa
pun, tapi Hime mendekatiku dan menolongku, aku sangat berterimakasih padanya,
meskipun jarang sekali . . . . . tapi
aku senang melihatnya tersenyum.” Chinen mendengarkan kata-kata Ryo dengan
baik, jarang sekali Ryo bicara seperti itu.
“Hime yang
hanya peduli dengan kita, . . . aku sangat menyukainya, aku tidak ingin dia
memperhatikan orang lain selain kita” Ryo memejamkan matanya
***
Hari
ini pun seperti biasa, rumah suram itu selalu terlihat sepi, Yuri yang biasanya
meramaikan suasana sekarang hanya diam dan melihat TV, Ryo tetap mengurung
dirinya dikamar, Yuma
hanya diam sambil bersandar dipagar balkon lantai 2 dan melihat ke arah jalan.
Chinen
berjalan kearah Yuma
“kau lihat Hime-chan?” Yuma
tidak menjawab ia hanya menggelengkan kepalanya saja. “Hhh . . .Hime-chan
kemana ya? Kalau tidak ada Hime-chan rasanya sepi, 2 orang itu seperti robot
saja”
Kali
ini Chinen mencoba menghampiri Ryo “Ryo-chan, boleh aku masuk?” tidak ada
jawaban dari dalam kamar, Chinen memutar gagang pintu dan terbuka “Ryo-chan .
. . .?” “hah, tidak ada? Kemana dia, aku tidak melihatnya keluar . .” “Huwh!! Membosankan sekali” Chinen pun
turun dan melihat TV lagi.
*********
“Apa yang kau
lakukan disana?” Tanya Ryo pada Hime yang sedang duduk ditepi danau dengan
menggunakan payung hitamnya.
Hime sedikit
kaget mendengar suara Ryo yang datang tiba-tiba,
“. . . .disini,
dia pergi meninggalkanku . . .” Ryo berjalan mendekati Hime “Oh, vampire itu . . . ? kau masih mengharapkannya?“
“Apa yang
terjadi pada Yuma
sekarang, sama dengan yang terjadi padanya 14 tahun lalu . . .”
“apa maksudmu?
Vampire yang sudah gagal akan mati dan tak akan hidup lagi!!“ , “Chigau!!!”
pekik Hime tiba-tiba “aku benar-benar melihatnya, aku benar-benar bertemu
dengannya . . ., dia masih hidup . . .” kata Hime dengan mata berkaca-kaca “dan sekarang aku menemukan yuma yang juga telah gagal sebagai vampire ! tapi
dia masih hidup! Itu berarti dia juga benar-benar masih hidup kan?!”
“aku sarankan
kau jangan terlalu banyak berharap . . .
.”
___
“Hime-chan, ada yang ingin kubicarakan .
.”,
“Kei-kun, nende?”
anak laki-laki itu terdiam sejenak “ Suki
desu . .”
“Honto?”
“Hm!”
Hime tersenyum “aku sudah lama menunggu mu
mengatakan itu”
___
“Hime, aku ingin mengatakan sesuatu . .”
wajah kei sangat serius membuat Hime sedikit khawatir
“Doushitano Kei-kun?”
“aku . . . sebenarnya adalah vampir. . .”
tiba-tiba angin musim gugur berhembus kencang menerbangkan dedaunan yang sudah
gugur
“kei-kun, sebanarnya aku sudah tau…”
“nani?”, “ tapi kenapa kau masih mau
bersamaku?”
“tidak peduli kau vampire atau manusia, tapi
aku sangat mencintai mu, aku ingin kita tetap bersama . . .”
“Hime, kau tidak mengerti apa-apa . . .” ,”
kau tau apa tujuanku mendekatimu selama ini?”
Hime hanya menggelangkan kepalanya
“untuk bisa menjadi vampire sejati, aku harus
mendapatkan darah seorang wanita yang ditakdirkan untukku, dan itu kau, Hime-chan
. . . .”
“Eh . . .aku samasekali tidak mengerti . . .
.., apa yang terjadi jika kei-kun tidak melakukannya?”
“jika aku gagal sebagai vampire, maka aku
akan menghilang . . .”
“menghilang? Apa maksudnya?”
“mati, dan tak berbekas . . .”
___
“pulanglah,
tadi Chinen mencarimu . . . .” kata-kata Ryo menyadarkan Hime
“Ryo . . . . aku sangat suka melihat mata merah
kalian . . .”
“ha ha, kau ini
ada-ada saja, kalau kau ingin melihat mata merahku setiap hari maka kau harus
merelakan darahmu berkurang setiap hari” Hime hanya diam saja
“kira-kira . .
. apa yang akan terjadi pada kalian
sekarang jika hari itu aku tidak mengajukan perjanjian padanya ya . . .”
“apa maksudmu?
Perjanjian apa? Pada siapa?”
Lagi-lagi Hime
tidak menjawab
“ayo pulang . .
.”
***
Yuma sedang memperhatikan
jalanan yang sebanarnya tampak sepi, suasana disekitar rumah itu selalu sepi
sejak beredar rumor rumah itu berhantu, pemiliknya mati bunuh diri didalam
“apa yang
sebenarnya kulakukan disini . . . “
Yuma memejamkan matanya
“jika aku tidak meminum darahnya hingga
bulan purnama berikutnya, . . . aku akan
mati . . . .”
“tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kau
hanya perlu menjadikannya vampire sebelum hari pernikahannya”
“menjadikannya vampire?”
“ya! Buat dia seperti dirimu”
“aku tak bisa meminum darahnya . . . .aku
tidak tahu kenapa? Tapi aku merasa tidak harus melakukannya, aku tidak tahu
kenapa”
******
“Hime-chan kau
pulang?” kata Chinen senang
“mana Yuma?” Tanya Hime
tergesa-gesa
“di-diatas,
Doushita?” Chinen heran melihat sikap Hime
Saat itu juga Hime
berlari menaiki tangga mencari dimana Yuma
barada, Akhirnya ia menemukan Yuma
dikamarnya . Hime langsung menghampiri Yuma
“katakan! Apa
yang terjadi padamu setelah kau mati!?” Tanya Hime tiba-tiba dan membuat Yuma heran
“apa maksudmu?”
“sudah cepat
katakan!!!” bentak Hime
“aku tidak tahu”
jawab yuma
datar
“Nani?”
“aku bilang aku
tidak tahu! Saat aku terbangun aku sudah ada di atas batu karang dipantai”
Hime diam
sejenak
“saat aku
berusaha menemui orang-orang yang kukenal . . .ternyata mereka sudah melupakan
ku . . .mereka menganggap aku tak pernah ada . . .kau sudah puas? Hanya itu
yang kutahu!” Yuma
pergi meninggalkan Hime yang diam terpaku
“Kei? Kau keikan?”
“apa maksudmu? Sepertinya kau salah orang,
namaku Akira”
“A-arienai! (tidak mingkin!) Kau pasti kei
jangan bohong!”
“apa maksudmu?”
“wajah itu . . . .itu adalah wajah Kei . .
.”
“Oh, jadi maksudnya kau menyukaiku? Ha ha
kenapa tak bilang dari tadi . . ., aku bisa menjadikanmu wanitaku yang ke 15!
Sudah lama sekali aku tidak makan wanita secantik dirimu . . .”
Orang itu berusaha memeluk dan mencium Hime,
namun Hime memberontak
“Kei Hentikan!!”
“Berhentilah memanggil orang yang sudah
meninggalkan mu itu!!”
“Kei tidak seperti ini! Kau bukan Kei!!
Lepaskan aku!!”
“aku sudah bilangkan? Namaku Akira! Jika kau
memang menyukaiku aku akan dengan senang hati menjadianmu gadisku!!
“Tidak!! Lepaskan!!”
“Kau tidak
apa-apa?” Suara Ryo menyadarkan Hime dari bayangan masalalunya
“yah . . .aku
tak apa!” kata Hime sambil berlalu meninggalkan Ryo, sebelum Hime berjalan
lebih jauh
“aku akan
membantumu mencarinya . . .” kata Ryo tiba-tiba
Seketika Hime
menoleh kearah Ryo lalu berbalik lagi “tolong ya?” kata Hime pelan
Hari itu juga
mereka pergi ketempat dulu Hime bertemu Kei yaitu Kota Osaka
“bagaimana cara
menemukannya?” kata Hime
“ikut aku” kata
Ryosuke seolah dia tahu diamana orang yang mereka cari berada
Tibalah mereka
didepan sebuah club malam
“kau yakin?” Tanya
Hime
Ryo tidak
menjawab ia langsung memasuki tempat itu, Hime dan Ryo melempar pandangan
keseluruh arah, setelah mencari beberapa menit, Hime menemukan orang yang
dicarinya Kei
Hime melihat Kei
sedang duduk diantara gadis-gadis, Hime tidak percaya dengan apa yang
dilihatnya, Kei memang sangat tampan, tapi dulu kelakuannya tak seperti itu, Hime
mendekatinya ia tak berkata apa-apa hanya berdiri didepan Kei dengan tatapan
kosong
“Oh, kau? mau
apa lagi?” Tanya Kei
Hime tidak
menjawab, tiba-tiba Ryo muncul didepan Hime
“ada yang mau
kubicarakan!” kata Ryo tiba-tiba
“Siapa kau?”
Tanya Kei
Kei bisa tahu
kalau Ryo adalah vampire sama seperti dirinya,
“Sayang . .
.maafya, sepertinya aku ada tamu, nanti aku kembali lagi!” kata Kei pada
gadis-gadis itu
“Aaahhh . . .
.Akira, kau mau kemana?” Tanya seorang gadis dengan suara manja
“benar, jangan
kemana-mana disini saja . . .” kata seorang lainnya
“sebentar saja .
. . .tunggu ya! Muuach . .” kata Kei sambil mencium pipi salah seorang gadis
Lalu Kei
mengikuti Ryo dan Hime yang berjalan keluar Club
“apa yang kalian
inginkan?” Tanya Kei
“katakan
padanya!” perintah Ryo pada Hime
Hime hanya diam
ia bingung apa yang harus dikatakan, sudah jelas yang ada dihadapannya adalah
Kei yang bukan Kei
“apa yang
terjadi pada Kei?” Tanya Hime pada orang yang mengaku sebagai akira itu
“apa maksudmu?
Aku tidak kenal dengan orang yang bernama Kei!” jawabnya
“TAPI KAU ADALAH
KEI!! Wajah itu, tubuh itu, suara itu, semuanya milik Kei!” kata Hime dengan
suara bergetar, Ryo hanya memperhatikan Hime
“aku sama sekali
tidak mengerti ucapanmu!” kata Akira
“Luka yang ada
di pergelangan tanganmu, . . .itu adalah ulahku!”
Akira melihat
tangannya, benar ada luka berbentuk salib disana
“apa? Sejak
kapan luka ini ada? bagaimana bisa? Harusnya luka seperti ini bisa langsung
hilang!” kata Akira tak percaya
“dulu saat kau
hendak menyerangku, aku melawanmu dengan liontin salib yang ada di kantung
bajuku, meskipun aku tak keberatan pacaran dengan Kei yang seorang vampir,
tetap saja aku merasa takut, jadi aku selalu membawanya”
Kei mendengarkan
kata-kata Hime walaupun dia tak mengerti sama sekali
“Kei sudah
berjanji tidak akan menghisap darahku, tapi malam itu bulan purnama penuh ! Kei
kehilangan kesadaran dan mengamuk kau menyerangku! Tapi aku berhasil lolos,
melihat Kei yang merasa kesakitan karna menyentuh liontin yang kubawa aku jadi
merasa bersalah, Kei terus berteriak kesakitan, aku bingung apa yang harus
kulakukan, dalam kebingungan aku hanya bisa menangis, aku juga tak berani
mendekati Kei! Setelah beberapa menit Kei mulai tenang, Kau berbaring diatas
rerumputan ditepi danau! Melihat Kei yang sudah tenang akupun mendekat, tapi .
. . samar- samar kulihat Tubuh Kei mulai meleleh, seperti pasir yang tertiup
angin, aku panik sekali, aku berteriak memanggil nama Kei, tapi Kei sendiri
hanya tersenyum lembut sambil menggenggam tanganku . . .”
Hime mulai
menangis mengenang masalalunya
“Kei bilang . . . .Gomen, Gomenne Hime-chan . . .” air
mata Hime mengalir semakin deras dan kini tangisnya pecah, Ryo dan Kei atau
Akira hanya bisa diam melihat kondisi Hime
Setelah puas
menangis, Hime melanjutkan ceritanya
“Setelah Kei
benar-benar hilang yang bisa kulakukan hanyalah menangis. . . .saat itu muncul
seorang vampire dewasa yang mengaku sebagai Hades sang dewa! Dia mengajukan
penawaran padaku
“jika kau menginginkan anak yang terbuang
itu kembali, kau harus menyerahkan segala yang berharga padaku . . .maka kau
akan memiliki kehidupan abadi dan bisa hidup berdampingan dengan vampir”
“dibutakan oleh
rasa cintaku pada Kei, tanpa pikir panjang lagi aku menyetujui tawarannya, saat
aku pulang kerumah, semua keluargaku meninggal dalam keadaan yang mengenaskan,
ayah, ibu, kakak, bibi, dan semua pelayan yang ada semuanya mati . . .”
“setelah
menunggu berhari-hari aku tetap tak menjumai Kei, kupikir aku sudah ditipu
orang itu tapi . . . .5 tahun kemudian aku menemukannya dengan identitas lain”
“saat itulah aku
bertemu denganmu, setelah mendengar ceritaku, tidak bisakah kau mengingat sesuatu?”
Tanya Hime pada Akira
“Aku . . . . . tak
mengingat apapun, sejauh yang bisa kuingat adalah aku terbangun dalam kamarku
setelah tidur panjang, itu saja . . .”
Mereka diam
sejenak
“kalaupun yang
kau katakan adalah benar, tapi maaf saja sekarang aku bukan orang yang kau
kenal dulu” kata Akira dingin
“kau sudah
mendengarkannya kan?
Orang yang kau kenal dulu itu, sudah benar-benar mati!!” kata Ryo “mungkin kau
benar” kata Hime sambil menunduk, lalu berjalan meninggalkan Ryo dan Akira
“terimakasih
sudah membantuku” ucap Akira pada Ryo, setelah Hime pergi
“tidak, aku
hanya membantu diriku sendiri!, Tapi . .
.terimakasih sudah mau menjauh dari kehidupan Hime!”
“Hime . . . . .dia gadis yang baik! Jagalah dia, aku
tak ingin menyusahkannya lagi. . . .dia jadi seperti ini karna salahku!” kata
Akira
“tak perlu kau
bilang pun aku sudah berniat begitu!” kata Ryo sambil meninggalkan Akira
******
Setelah tiba
dirumah Hime hanya diam saja, dia makin banyak diam jika dibandingkan dengan
biasanya, tapi tentu saja dengan bantuan Ryo, Yuma dan Chinen terutama! Hime bisa ceria
lagi, dia bahkan lebih ceria dari sebelumnya itu semua karna beban yang dia
pikul selama ini telah hilang, ia sudah merelakan Kei untuk benar-benar pergi. Hime sekarang tahu, apa yang terjadi pada vampire yang gagal tidaklah sama
Yuma dan Ryo pun sudah mulai akur, kehidupan
didalam rumah yang suram itu kini mulai terasa hangat, tapi tetap saja
tempatnya memang selalu suram karna penghuninya adalah para vampire yang tidak
suka cahaya
Hari ini giliran
Ryo menghisap darah Hime tapi karna minggu lalu Yuma
tak menghisap darah Hime dan kini tubuhnya sangat lemah, Hime pun mengijinkan Yuma untuk meghisap
darahnya sekarang
“aduuh . . .
.kalau seperti ini terus aku bisa kena anemia akut nih . . .” kata Hime setelah
darahnya dihisap Ryo dan Yuma
bergantian
“Hime-chan
bertahanlah!!” kata Chinen yang melihat Hime sangat lemas
“aku buatkan
daging bakar ya!!” kata Chinen sambil berlari kedapur
“RYOOO-CHAAANN!!!
YUMAAA!!! Apa yang kalian lakukan pada Hime-chanku!!!” teriak Chinen dari dapur
Begitulah
suasana Rumah hantu ini satiap hari
Kei juga menikmati
kehidupannya sebagai Akira, yang berkencan dengan banyak gadis, lalu setelah
bosan dia akan menghisap darahnya
“Ternyata
menjadi Akira lebih menyenangkan dari pada jadi Kei” kata Kei
“Khu khu khu . .
.”
~~*OWARINASAI*~~
Gimana? aneh gak sih? bagus gak sih?
sedikit obrolan gak penting tokoh dibalik panggung
Kouta : “Oh . . .jadi kamu lebih suka
cewek-cewek itu dari pada aku ya . . .!!” (kouta tiba-tiba dating dari belakang
saat Kei baru aja ganti baju)
Kei : “Ya-yabu-chan . . . kenapa . . .kok disii, kamu kan gak ikut jadi castnya?”
Kouta : “inoo-chan . . .teganya dikau
padaku . . . .beraninya kau mengkhianatiku” (kouta mendelik sambil bawa golok
yang diacungkan pada kei)
Kei : “go-gomen yabu-chan kau salah
paham!” (Kei mundur-mundur karna takut)
Kei : “Hime! Hime yang salah! Dia maksa
aku buat mainin peran itu! sumpah aku gak bohong! Itu Cuma acting! Yang aku
cinta teteup Cuma akang Yabu seorang! Suer!!”
Kouta : “bohong! Tadi aku lihat mukamu
seneng gitu pas dipeluk-peluk sama cewek-cewek itu” (Kouta membalikkan badannya
sambil membanting goloknya ke tanah)
Ryosuke : “Yabu-kun, goloknya kok gak jadi dipakek
sih?”
Kouta : “diem lu!!”
Kei : “Yabu-chan, onegai! Percayalah pada
adinda, adinda gak mungkin mengkhianati akang Yabu!” (Inoo ngemis nemis sambil
meluk kaki Kouta)
Hikaru : (tendang Kei)
Kei :
(kelempar jauuuuh banget) swiiinngggg
Hikaru :
“Yabu-chan, udah deh lupai aja si Inoo! Dia tuh gak setia! Aku siap meneriamu
kapanpun” (Hikaru ngerayu sambil meluk pinggang Yabu)
Kei :
(balik dari mojokerto) “Eh monyet! Lu ngapain peluk peluk pacar Gue!!”
Hikaru :
“Lu yang monyet! Udah deh lu pegi sono! Yabu dah gak butuh lu! Ada gue yang siap ngelayanin Yabu-chan!!”
Kei :
“gak bisa!! Yabu-chan Cuma milik aku!!” (Kei narik lengan kanan Kouta)
Hikaru :
“gak!! Punya Gue!!” (narik lengan Kiri Kouta)
Akhirnya si Kei sama Hikaru main tarik tambang, eh, tarik
lengan Kouta maksudnya
Kouta :
“Dareka . . .tasukete . . .” (muka Kouta melaaas banget)
yuma : "mereka tuh apa apaan sih?"
chinen : "udah biasa gak usah dipeduliin"
__________________________________________________________________
Gimana? aneh gak sih? bagus gak sih?
gomen deh kalo ceritanya aneh dan gak nyambung!! Hime-chan masih amatir soal ginian
jadi Hime-chan butuh kritik 'n saran
tolong reviewnya ya . . . .
jaa dah matta......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar